Sejak 2 tahun silam, Dr Agus Eko Tjahjono, kepala Balai Besar Teknologi Pati, menggunakan campuran bioetanol B15. Artinya, total kapasitas 80 liter tangki mobilnya, diisi 68 liter bensin yang dioplos 12 liter etanol asal singkong. Menurut alumnus Hiroshima University, Jepang itu, etanol meningkatkan pelumasan sehingga tarikan mesin ringan.
Penambahan etanol ke bensin efektif sebagai bahan pembentuk oxygenated atau bahan bakar dengan ikatan karbon-hidrogen-oksigen. Biasanya timbal, aromatik, olefin/diolefin serta butana menjadi bahan yang digunakan. Sayang, dampaknya kian terlihat; timbal terbukti menurunkan intelegensia anak; benzen penyebab kanker. Oleh karena itu sangat penting mengganti bahan-bahan kimia itu dengan bahan ramah lingkungan. Hasil uji lab Balai TMP BPPT, bioetanol terbukti memiliki karakteristik lebih baik.
Penambahan 10% etanol mengurangi 70% emisi CO. Minimnya buangan senyawa yang dapat memicu sel kanker itu meningkatkan mutu udara. Karbondioksida yang dihirup berlebih dapat mengikat hemoglobin dalam darah sehingga mengganggu konsentrasi. Emisi buangan hidrokarbon 1% lebih rendah ketimbang bensin murni. Rendahnya buangan hidrokarbon berdampak ganda. Bagi kesehatan manusia berdampak positif. Hidrokarbon memicu bahaya gangguan kecerdasan, kesehatan reproduksi, dan gejala sakit kepala pada manusia. Sedangkan bagi mesin tahan lama.
0 comments:
Posting Komentar